Bab I
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu cara
untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan untuk
memberitahu, pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan, maupun tak
langsung melalui media. Di dalam berkomunikasi tersebut harus dipikirkan
bagaimana caranya agar pesan yang disampaikan seseorang itu dapat dipahami oleh
orang lain. Untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, orang dapat
menyampaikan dengan berbagai bahasa termasuk bahasa matematis.
Sedangkan kemampuan komunikasi matematis dapat
diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu yang
diketahuinya melalui peristiwa dialog atau saling hubungan yang terjadi di
lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi
tentang materi matematika yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus,
atau strategi penyelesaian suatu masalah. Pihak yang terlibat dalam peristiwa
komunikasi di dalam kelas adalah guru dan siswa. Cara pengalihan pesannya dapat
secara lisan maupun tertulis.
Di dalam proses pembelajaran matematika di kelas, komunikasi
gagasan matematika bisa berlangsung antara guru dengan siswa, antara buku
dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa. Menurut Hiebert setiap kali kita
mengkomunikasikan gagasan-gagasan matematika, kita harus menyajikan gagasan
tersebut dengan suatu cara tertentu. Ini merupakan hal yang sangat penting,
sebab bila tidak demikian, komunikasi tersebut tidak akan berlangsung efektif.
Gagasan tersebut harus disesuaikan dengan kemampuan orang yang kita ajak
berkomunikasi. Kita harus mampu menyesuaikan dengan sistem representasi yang
mampu mereka gunakan. Tanpa itu, komunikasi hanya akan berlangsung dari satu
arah dan tidak mencapai sasaran.
1.2 Permasalahan
Dari
uraian di atas, yang menjadi permasalahan dalam tulisan ini adalah “bagaimana
cara menumbuhkembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa”
Bab II
Pembahasan
2.1. Kemampuan Komunikasi
Matematika adalah bahasa yang
melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan. Menurut
Fathoni matematika dipandang sebagai bahasa karena “dalam matematika terdapat
sekumpulan lambang/simbol dan kata (baik kata dalam bentuk lambang)”. Misalnya
“ >” yang melambangkan kata “lebih besar”, maupun kata yang diadobsi dari
bahasa biasa, misalnya kata “fungsi” yang dalam matematika menyatakan suatu
hubungan dengan aturan tertentu antara unsur-unsur dalam dua buah himpunan.
Simbol-simbol matematika bersifat “artificial” yang baru memiliki arti setelah
sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu, maka matematika hanya merupakan
kumpulan simbol dan rumus yang kering akan makna. Berkaitan dengan hal ini,
tidak jarang kita jumpai dalam kehidupan, banyak orang yang berkata bahwa X, Y,
Z itu sama sekali tidak memiliki arti.
Ketika sebuah konsep informasi matematika
diberikan oleh seorang guru kepada peserta didiknya ataupun peserta didik
mendapatkannya sendiri melalui bacaan, maka saat itu sedang terjadi
transformasi informasi matematika dari komunikator kepada komunikan. Respon
yang diberikan komunikan merupakan interpretasi komunikan tentang informasi
tadi. Dalam matematika, kualitas interpretasi dan respon itu seringkali menjadi
masalah istimewa. Hal ini sebagai salah satu akibat dari karakteristik
matematika itu sendiri yang sarat dengan istilah dan simbol. Karena itu,
kemampuan berkomunikasi dalam matematika menjadi tuntutan khusus. Kemampuan
berkomunikasi dalam matematika merupakan kemampuan yang dapat menyertakan dan
memuat berbagai kesempatan untuk berkomunikasi dalam bentuk:
Ø merefleksikan benda-benda nyata, gambar, atau
ide-ide matematika;
Ø membuat model situasi atau persoalan
menggunakan metode oral, tertulis, konkrit, grafik, dan aljabar;
Ø menggunakan keahlian membaca, menulis, dan
menelaah, untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide, simbol, istilah,
serta informasi matematika;
Ø merespon suatu pernyataan/persoalan dalam
bentuk argument yang meyakinkan.
Matematika
umumnya identik dengan perhitungan angka-angka dan rumus-rumus, sehingga
muncullah anggapan bahwa skill komunikasi tidak dapat dibangun pada
pembelajaran matematika. Anggapan ini tentu saja tidak tepat, karena menurut
Greenes dan Schulman, komunikasi matematika memiliki peran:
(1) kekuatan
sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematika;
(2) modal
keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi
dan investigasi matematika;
(3) wadah
bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi,
membagi pikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai dan mempertajam ide untuk
meyakinkan yang lain.
Kemampuan
berkomunikasi menjadi salah satu syarat yang memegang peranan penting karena
membantu dalam proses penyusunan pikiran, menghubungkan gagasan dengan gagasan
lain sehingga dapat mengisi hal-hal yang kurang dalam seluruh jaringan gagasan
siswa. Sejalan dengan itu, Lindquist (dalam Fitrie, 2002: 16) menyatakan bahwa
kita memerlukan komunikasi dalam matematika jika hendak meraih secara penuh
tujuan sosial, seperti melek matematika, belajar seumur hidup, dan matematika
untuk semua orang.
Bahkan
membangun komunikasi matematika menurut National Center Teaching Mathematics (NCTM)
memberikan manfaat pada siswa berupa:
1.
Memodelkan situasi dengan lisan,
tertulis, gambar, grafik, dan secara aljabar.
2.
Merefleksi dan mengklarifikasi dalam
berpikir mengenai gagasan-gagasan matematika dalam berbagai situasi.
3.
Mengembangkan pemahaman terhadap
gagasan-gagasan matematika termasuk peranan definisi-definisi dalam matematika.
4.
Menggunakan keterampilan membaca,
mendengar, dan menulis untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi gagasan
matematika.
5.
Mengkaji gagasan matematika melalui
konjektur dan alasan yang meyakinkan.
6.
Memahami nilai dari notasi dan peran
matematika dalam pengembangan gagasan matematika.
Aktivitas guru yang
dapat menumbuhkembangkan kemampuan komunikasi matematika siswa antara lain:
1.
Mendengarkan dan melihat dengan penuh
perhatian ide-ide siswa
2.
Menyelidiki pertanyaan dan tugas-tugas
yang diberikan, menarik hati, dan menantang siswa untuk berpikir
3.
Meminta siswa untuk merespon dan menilai
ide mereka secara lisan dan tertulis
4.
Menilai kedalaman pemahaman atau ide
yang dikemukakan siswa dalam diskusi
5.
Memutuskan kapan dan bagaimana untuk
menyajikan notasi matematika dalam bahasa matematika pada siswa
6.
Memonitor partisipasi siswa dalam
diskusi, memutuskan kapan dan bagaimana untuk memotivasi masing-masing siswa
untuk berpartisipasi (lihat pada langkah ke tiga dan empat: bina ingatan dan
beri bintang).
Sedangkan
indikator kemampuan siswa dalam komunikasi matematis pada pembelajaran
matematika menurut NCTM (1989 : 214) dapat dilihat dari :
1)
Kemampuan
mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tertulis, dan
mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual;
2) Kemampuan memahami,
menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide Matematika baik secara lisan
maupun dalam bentuk visual lainnya;
3)
Kemampuan
dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi Matematika dan
struktur-strukturnya untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan-hubungan dan
model-model situasi.
Within (1992) menyatakan kemampuan komunikasi menjadi
penting ketika diskusi antar siswa dilakukan, dimana siswa diharapkan
mampu menyatakan, menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan dan
bekerjasama sehingga dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang
matematika. Anak-anak yang diberikan kesempatan untuk bekerja dalam kelompok
dalam mengumpulkan dan menyajikan data, mereka menunjukkan kemajuan baik di
saat mereka saling mendengarkan ide yang satu dan yang lain, mendiskusikannya
bersama kemudian menyusun kesimpulan yang menjadi pendapat kelompoknya.
Ternyata mereka belajar sebagian besar dari berkomunikasi dan mengkontruksi
sendiri pengetahuan mereka.
Sedangkan
menurut Sumarmo (2003) komunikasi matematis meliputi kemampuan siswa:
(1) menghubungkan
benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam idea matematika;
(2) menjelaskan
idea, situasi dan relasi matematik secara lisan atau tulisan dengan benda
nyata, gambar, grafik dan aljabar;
(3) menyatakan
peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika;
(4) mendengarkan,
berdiskusi, dan menulis tentang matematika;
(5) membaca
dengan pemahaman atau presentasi matematika tertulis;
(6) membuat
konjektur, menyusun argument, merumuskan definisi dan generalisasi;
(7) menjelaskan
dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari.
Secara umum, matematika dalam ruang lingkup komunikasi mencakup
keterampilan/kemampuan menulis, membaca, discussing and assessing,
dan wacana (discourse). Tanpa komunikasi dalam matematika kita akan
memiliki sedikit keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman siswa dalam
melakukan proses dan aplikasi matematika. Shadiq (2004) “Matematika merupakan
alat komunikasi yang sangat kuat, teliti dan tidak membingungkan”. Sebagai
contoh, notasi 40 x 4 dapat digunakan untuk menyatakan berbagai hal, seperti:
-
Jarak
tempuh sepeda motor selama 4 jam dengan kecepatan 40 km/jam.
-
Luas
permukaan kolam dengan ukuran panjang 40 meter dan lebar 4 meter
-
Banyak
roda pada 40 mobil
Contoh diatas telah menunjukkan bahwa notasi 40
x 4 dapat menyatakan suatu hal yang berbeda.
Indikator Komunikasi:
1. Dapat mengkomunikasikan
ide dalam pikirannya dengan jelas kepada siswa lainnya
2. Dapat menggunakan
bahasa matematika untuk menyatakan ide tepat.
3. Dapat menganalisa dan
mengevaluasi pemikiran matematika dan strategi orang lain.
Contoh
soal:
1.
Perhatikan gambar!
Panjang TQ adalah…
Penyelesaian
24 + 8TQ = 12TQ
24 =
4TQ
TQ = 6 Jadi panjang TQ = 6 cm
2.
Diagram di bawah ini menggambarkan hobi 40 siswa di suatu sekolah
Berapa banyak siswa yang hobi sepakbola
Penyelesaian
Besar sudut pada sepakbola =
360o – (36o + 72o + 126o + 72o)
=
360o – 306o
=
54o
Banyaknya siswa gemar main sepakbola = 40
=
= 6
Jadi banyaknya siswa gemar main sepak bola 6 orang
Bab III
Kesimpulan
Dari
pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan komunikasi matematika
siswa dapat dibangun dengan cara:
(1) Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menuangkan ide, hasil pikiran dari suatu
permasalahan ke dalam bentuk gambar, pemisalan maupun dalam bentuk syarat
(2) Melatih
siswa menghubungkan persoalan matematika dalam kehidupan sehari-hari
(3) Menggunakan
bahasa matematis secara tepat
(4) Membangun
kemampuan menganalisa dan mengevaluasi pemikiran matematika dan strategi orang
lain
Daftar Pustaka
Herdian. Kemampuan Komunikasi
Matematika, (online), (http://herdy07_wordpress.com
) diakses 22 oktober 2010
Syaban, Mumun.
. Menumbuhkembangkan daya
Matematis Siswa. Pendidikan dan Budaya,
(online), (http://educare,e-fkipunla.net, diakses (9 Juli 2010).
Shadiq, fajar. 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Makalah disampaikan
Pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMA Jenjang Dasar di PPPG
Matematika. Yogyakarta.
Sahidin, Latif. Membangun komunikasi
matematika siswa. (online) Blog Latif
Sahidin, diakses 9 Juli 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar