ANALISIS INSTRUMEN DALAM PENILAIAN
Suatu
instrument digunakan sebelum harus dianalisis terlebih dahulu agar instrument
tersebut benar-benar memenuhi syarat pengukuran dan penilaian. Beberapa
komponen pokok yang harus dianalisis yaitu:
A. VALIDITAS
Validitas
didefenisikan sebagai ukuran seberapa cermat suatu tes melakukan fungsi
ukurnya, sehingga memberikan hasil ukur sesuai dengan yang hendak diukur. Suatu instrumen dikatakan “valid” atau “sahih” apabila
tes tersebut tepat dan teliti mengukur apa yang hendak diukur.
Suatu butir tes dikatakan valid apabila butir tes tersebut mempunyai dukungan yang
besar terhadap skor total yang mengakibatkan skor total menjadi tinggi atau
rendah,dengan kata lain bahwa butir tes tersebut mempunyai kesejajaran dengan
skor total.
Untuk menentukan validitas butir tes dilakukan dengan
menghitung koefisien korelasi (koefisien validitas) antara skor butir tes
(item) dengan skor total dengan rumus Product Moment:
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi
N = Jumlah sampel
X = Skor butir
Y = Skor total
Koefisien
validitas yang diperoleh () dibandingkan dengan nilai-nilai r tabel Product
Moment dengan derajat bebas (db = N-2) pada a = 0,05 dengan kriteria :
Jika rhit > r
tabel , maka butir tes tersebut dikatakan valid.
B. RELIABELITAS
Reliabilitas adalah kemantapan / keterandalan / keajegan
suatu alat pengukur, sehingga jika alat tersebut digunakan selalu memberikan hasil yang
konsisten. Sifat reliabel (keterandalan) dari sebuah alat ukur
berkenaan dengan kemampuan alat ukur tersebut memberikan hasil yang konsisten
dan stabil.
Pengujian dengan metode test-retest dilakukan dengan cara
mencobakan instrument beberapa kali pada responden. Jadi dalam hal ini
instrumennya sama,respondennya sama tetapi waktunya yang berbeda.
Tinggi rendahnya reliabilitas suatu instrumen, diketahui
dari “ Koefisien reliabilitas yang disimbolkan dengan rxx atau r11.
Dimana harga rxx berkisar
antara 0,0 – 1,0.
Salah
satu cara mencari reliabelitas tes adalah melalui teknik Spearman-Brown yaitu sebagai berikut:
a. Membuat
table analisis butir soal atau butir pertanyaan
b. Skor-skor
dikelompokkan menjadi dua berdasarkan belahan bagian soal.
c. Korelasikan
skor belahan pertama dengan skor belahan kedua dengan menggunakan rumus
korelasi product moment, akan
diperoleh harga
d. Untuk
memperoleh indeks reliabelitas gunakan rumus , dimana:
reliabelitas instrument
yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara
dua belahan instrumen
Jika
r11 > r tabel ,
maka tes tersebut dikatakan reliabel.
Pengujian
reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara
eksternal pengujian dapat dilakukan dengan Metode tes ulang (“ Test-Retest
method “ ) dan Metode Paralel (Equivalen).
C. DAYA
PEMBEDA
Daya pembeda adalah kemampuan suatu item untuk membedakan antara siswa yang
pintar (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh. Angka yang menunjukkan
besarnya daya beda dari suatu item, disebut Indeks Daya Beda (Indeks
Diskriminasi) disimbolkan dengan “D” dimana harga D berkisar antara –1 s/d +1.
Jika :D =
+ 1,0 : Berarti
semua Kelompok Atas (JA) dapat menjawab item tersebut dengan benar,
sedang semua Kelompok Bawah (JB) menjawab dengan salah.
D =
- 1,0 : Berarti semua kelompok atas menjawab salah,
sedangkan semua kelompok bawah menjawab benar. Item yang
mempunyai indeks diskriminasi negatip harus digugurkan sebab
item tersebut memiliki daya beda yang terbalik.
D = 0
: Berarti kelompok atas maupun
kelompok bawah menjawab item tersebut sama-sama salah atau sama-sama
benar (dengan demikian item tersebut tidak mempunyai daya beda sama sekali.
Suatu item dinyatakan memenuhi syarat jika D berkisar
antara : + 0,20 s/d +
1,0.
Untuk mengetahui
tingkat daya pembeda soal digunakan rumus;
Dp
= Daya Pembed
JBA
= Jumlah siswa kelompok atas
JBB
= Jumlah siswa kelompok bawah
(
yang menajawab benar )
Kriteria
Penentuan daya Pembeda :
DP
£
0 Daya beda sangat jelek
0,0 £ Dp £
0,02 Jelek
0,02
£
Dp £
0,49 Cukup
0,49
£
Dp £
0,7 Baik
0,7
£
Dp £
1 Sangat baik
D. TINGKAT
KESUKARAN
Suatu butir tes yang baik adalah butir tes yang tidak
terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Angka yang menunjukkan tingkat kesukaran
suatu butir tes disebut Indeks Kesukaran item (P) yang dapat dihitung dengan formula:
P = B/T ,
dimana:
P = Indeks Kesukaran Item
B = Jumlah peserta tes yang menjawab item dengan benar
T = Jumlah peserta tes
Makin besar harga P maka item tersebut semakin mudah,
sebaliknya makin kecil P maka item tersebut makin sulit. Suatu butir tes
dikatakan memenuhi syarat jika harga P berkisar antara : 0,20 -
0,80. Jika P < 0,20
berarti butir tes terlalu sulit, dan jika P >
0,80 berarti butir tes terlalu mudah.
Indek
Kesukaran ( IK )
0,0 1,0
Sukar Mudah
Indek
Kesukaran dirumuskan dengan :
KRITERIA
INDEK KESUKARAN :
IK
= 0 Þ
Soal terlalu sukar
0,0
£
IK £
0,3 maka Soal dikatakan sukar
0,3
£
IK £
0,7 maka soal dikatakan sedang
0,7
£
IK £
1,0 maka soal dikatakan mudah
IK
= 1 maka soal dikatakan terlalu mudah
Jika
IK = 1,0 ® JBA + JBB = 2JSA = 2JSB
IK
= 0 ®
JBA + JBB = 0
HUBUNGAN
DAYA PEMBEDA DENGAN TINGKAT KESUKARAN
,
Dengan
demikian didapat hubungan :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar