1.
TEORI
BELAJAR PIAGET
Jean Piaget menyebut bahwa struktur kognitif disebut dengan
skemata atau struktur, yaitu kumpulan dari skema-skema. Artinya seorang
individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan respon terhadap stimulus
disebabkan karena bekerjanya skemata. Skemata ini berkembang secara kronologis,
sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Menurut Piaget, intelegensi terdiri dari tiga aspek yaitu:
1.
Struktur (structure)
Terbentuk dari hubungan fungsional anak antara tindakan
fisik, tindakan mental dan perkembangan berpikir logis anak dalam berinteraksi
dengan lingkungan
2.
Isi (content)
Isi disebut juga dengan content, yaitu pola perilaku anak
yang khas yang tercermin pada respons yang diberikannya terhadap berbagai
masalah atau situasi yang dihadapi.
3.
Fungsi (function)
Fungsi adalah cara yang digunakan organisme dalam mencapai
kemajuan intelektual.
Menurut piaget perkembangan intelektual anak terdiri dari
dua fungsi yaitu
a.
Organisasi, yaitu kemampuan untuk
mengorganisasi proses-proses fisik atau proses-proses psikologi menjadi
sistem-sistem yang teratur dan berhubungan.
b.
Adaptasi, yaitu penyesuaian diri
individu terhadap lingkungannya.
Proses
terjadinya adaptasi dari skemata yang telah terbentuk dengan stimulus
baru dilakukan dengan dua cara yaitu:Pertama asimilasi
A. Tahap-Tahap Perkembangan
Berdasarkan hasil penelitiannya, piaget menemukan empat
tahapan perkembangan kognitif yaitu:
1. Tahap sensori motor (0-2 tahun)
Merupakan gerakan-gerakan sebagai akibat reaksi langsung dari rangsangan
2. Tahap pra operasi (2-7 tahun)
Tahap pra
operasi terbagi atas dua yaitu pertama pemikiran prakonseptual (sekitar
usia 2-4 tahun Kedua periode pemikiran intuitif (sekitar usia 4-7
tahun).
3. Tahap operasi konkrit (7-11 tahun)
Pada tahap ini umumnya anak sudah berada di Sekolah Dasar, sehingga semistanya
guru sudah mengetahui benar kondisi anak pada tahap ini.
4. Tahap operasi formal (usia 11
keatas)
Periode operasi formal ini disebut juga periode operasi hipotetik-deduktif yang
merupakan tahap tertinggi dari perkembangan intelektual.
B.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan
Piaget mengidentifikasi lima faktor yang mempengaruhi
transisi tahap perkembangan anak, yaitu:
1.
Kedewasaan atau kematangan
Proses perkembangan sistem saraf sentral, otak, koordinasi
motorik, dan manifestasi fisik lainnya mempengaruhi perkembangan kognitif.
2.
Pengalaman fisik
Interaksi dengan lingkungan fisik digunakan untuk
mengabstrak berbagai sifat fisik dari benda-benda
3.
Pengalaman logika-matematik
Interaksi dengan lingkungan dengan cara mengamati
benda-benda disekililingnya atau
4.
Transmisi sosial
Interaksi dan kerja sama anak dengan orang lain atau dengan
lingkungnya. Hal ini amat penting bagi perkembangan mental anak.
5.
Penyetimbangan (Equilibrium
Proses adanya kehilangan stabilitas di dalam struktur mental
sebagai akibat pengalaman dan informasi baru dan kembali setimbang
melalui proses asimilasi dan akomodasi.
C.
Sikus Belajar
Prinsip belajar piaget adalah kontruktivis yaitu pengajaran
efektif yang menghendaki guru agar mengetahui bagaimana para siswa memandang
fenomena yang menjadi subjeks pengajaran. Pengajaran kemudian dikembangkan dari
gagasan yang telah ada, melalui langkah-langkah intermediet dan berakhir degan
gagasan yang telah mengalami modifikasi.
Strategi
yang digunakan adalah
a. Fase deskriptif
Siklus belajar deskriptif menghendaki hanya pola-pola
deskriptip (misalnya seriasi, klasifikasi, konsurvasi).
b. Fase Empiris Deduktif
Yaitu, para siswa menemukan dan memberikan suatu pola
empiris dalam suatu konteks khusus (eksplorasi), tetapi mereka selanjutnya
mengemukakan sebab-sebab yang mungkin tentang terjadinya pola itu.
c.
Fase Hipotesis-Deduktif
Yaitu
dimulai dengan pernyataan berupa suatu pertanyaan sebab.
D.
Implikasi Teori Belajar Piaget
Penerapan
teori perkembangan kognitif Piaget di kelas adalah:
a)
Guru harus mengerti cara berpikir
anak, bukan sebaliknya anak yang beradaptasi dengan guru.
b)
Agar pembelajaran yang berpusat pada
anak berlangsung efektif, guru tidak meninggalkan anak-anak belajar sendiri,
tetapi mereka memberi tugas khusus yang dirancang untuk membimbing para siswa
menemukan dan menyelesaikan masalah sendiri. c) Tidak menghukum siswa jika menjawab
pertanyaan yang salah.
d)
Menekankan kepada para siswa agar
mau menciptakan pertanyaa-pertanyaan dari permasalahan yang ada serta
pemecahan permasalahannya.
e)
Tidak meninggalkan anak pada saat di
beri tugas.
f)
Membimbing siswa dalam menemukakan
dan menyelesaikan masalahnya sendiri.
g)
Menghindari istilah-istilah teknis.
h)
Menggunakan bahasa yang sesuai
dengan cara berpikir anak karena Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan
orang dewasa.
i)
Menganjurkan para siswa berpikir
dengan cara mereka sendiri.
j)
Memilih pendekatan yang sesuai
dengan tingkat perkembangan anak.
k)
Bahan yang harus dipelajari anak
hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
l)
Memberi peluang agar anak belajar
sesuai tahap perkembangannya.
m)
Didalam kelas, anak hendaknya diberi
peluang untuk saling berbicara dan berdiskusi dengan teman-temannya.
E. Inti
dari implementasi teori Piaget dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut :
1. Memfokuskan
pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekedar pada produknya.
2. Pengenalan dan
pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif diri dan
keterlibatan aktif dalam kegaiatan pembelajaran.
3. Tidak menekankan
pada praktek - praktek yang diarahkan untuk menjadikan anak-anak seperti orang
dewasa dalam pemikirannya.
Bruner banyak memberikan pandangan mengenai
perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar, atau memperoleh
pengetahuan dan mentransformasi pengetahuan. Dasar pemikiran teorinya memandang
bahwa manusia sebagai pemproses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner
menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk
menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya.
A .
Proses Belajar Mengajar Menurut Jerome S. Bruner
Pendirian yang terkenal yang dikemukakan oleh J.
Bruner ialah, bahwa setiap mata pelajaran dapat diajarakan dengan efektif dalam
bentuk yang jujur secara intelektual kepada setiap anak dalam setiap tingkat
perkembangannya.. Berhubungan dengan hal itu, antara lain:
- Perkembangan intelektual anak
Menurut Bruner, dalam prosses belajar siswa
menempuh tiga tahap, yaitu:
- Tahap informasi (tahap penerimaan materi)
Dalam tahap ini, seorang siswa
yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang
dipelajari.
2.
Tahap transformasi (tahap pengubahan
materi)
Dalam tahap ini, informasi yang
telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk
yang abstrakatau konseptual.
3.
Tahap evaluasi
Dalam tahap evaluasi, seorang siswa
menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah ditransformasikan tadi
dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau masalah yang dihadapi.[2]
4.
Kurikulum spiral
Pendekatan spiral dalam belajar
mengajar matematika adalah menanamkan konsep dan dimulai dengan benda kongkrit
secara intuitif, kemudian pada tahap-tahap yang lebih tinggi (sesuai dengan
kemampuan siswa) konsep ini diajarkan dalam bentuk yang abstrak dengan
menggunakan notasi yang lebih umum dipakai dalam matematika.
B. Tahapan-Tahapan Teori Belajar Bruner
Teori belajar bruner dikenal oleh tiga tahapan
belajarnya yang terkenal. Hal tersebut adalah proses belajar yang terbagi
menjadi tiga tahapan, yakni:
(1) Tahap enaktif; dalam tahap ini
peserta didik di dalam belajarnya menggunakan atau memanipulasi obyek-obyek
secara langsung.
(2) Tahap ikonik; pada tahap ini
menyatakan bahwa kegiatan anak-anak mulai menyangkut mental yang merupakan gambaran
dari obyek-obyek
(3)
Tahap simbolik; tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol secara
langsung dan tidak ada lagi kaitannya dengan objek-objek
C.
Alat-Alat Mengajar
Jerome Bruner membagi alat instruksional dalam 4
macam menurut fungsinya.
- alat untuk menyampaikan pengalaman “vicarious”. Ini dapat dilakukan melalui film, TV, rekaman suara dll.
- Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu gejala, Alat dramatisasi, yakni yang mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa atau tokoh, film tentang alam yang memperlihatkan perjuangan untuk hidup, untuk memberi pengertian tentang suatu ide atau gejala.
- Alat automatisasi seperti “teaching machine” atau pelajaran berprograma, yang menyajikan suatu masalah dalam urutan yang teratur dan memberi ballikan atau feedback tentang responds murid.[4]
D. Aplikasi Teori Bruner Dalam Pembelajaran Matematika
di Sekolah Dasar
Penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran
dapat dilakukan dengan:
- Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang anda ajarkan. Misal : untuk contoh mau mengajarkan bentuk bangun datar segiempat, sedangkan bukan contoh adalah berikan bangun datar segitiga, segi lima atau lingkaran.
- Bantu si belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep. Misalnya berikan pertanyaan kepada sibelajar seperti berikut ini ” apakah nama bentuk ubin yang sering digunakan untuk menutupi lantai rumah? Berapa cm ukuran ubin-ubin yang dapat digunakan?
- Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri. Misalnya Jelaskan ciri-ciri/ sifat-sifat dari bangun Ubin tersebut?
- Ajak dan beri semangat si belajar untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya. Jangan dikomentari dahulu atas jawaban siswa, kemudian gunakan pertanyaan yang dapat memandu si belajar untuk berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya. (Anita W,1995 dalam Paulina panen, 2003 3.16)
3.
TEORI BELAJAR GESTALT
A.
Hukum-Hukum Teori Belajar Gestalt
Beberapa hukum gestalt dalam pengamatan adalah :
1) Hukum Pragnanz, yang mengatakan bahwa organisasi psikologis selalu cenderung ke arah yang bermakna atau penuh arti (pragnanz)
2) Hukum kesamaan, yang mengatakan bahwa hal-hal yang sama cenderung membentuk gestalt (keseluruhan)
3) Hukum kecenderungan mengatakan bahwa hal hal yang berdekatan cenderung berbentuk gestalt.
4) Hukum ketertutupan, yang mengatakan bahwa hal-hal yang tertutup cenderung membentuk gestalt.
5) Hukum kontinuitas yang mengatakan bahwa hal-hal yang berkesinambungan cenderung membentuk gestalt.
B. Prinsip-Prinsip Belajar dalam Teori Gestalt
Adapun prinsip –prinsip belajar teori gestalt adalah :
1. Belajar berdasarkan keseluruhan.
2. Belajar adalah suatu proses perkembangan.
3. Siswa sebagai organisme keseluruhan.
4. Terjadi transfer.
5. Belajar adalah reorganisasi pengalaman.
6. Belajar dengan insight.
7. Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan, dan tujuan siswa.
8. Belajar berlangsung terus menerus.
C. Eksperimen tokoh Gestalt terhadap Simpanse
Wolfgang Kohler menjelaskan teori gestalt ini melalui percobaan dengan seekor Simpanse yang diberi nama Sulton. Berikut eksperimen yang dilakukan oleh kohler terhadap Simpanse :
Ekesperimen I
Simpanse dimasukkan dalam sangkar atau ruangan dan didalam sangkar tersebut terdapat sebatang tongkat. Diluar sangkar diletakkan sebuah pisang. Problem yang dihadapi oleh simpanse adalah bagaimana simpanse dapat mengambil pisang untuk dimakan.. Tiba-tiba muncul insight dalam diri simpanse dan menyambung dan akhirnya berhasil
Eksperimen II
Problem yang dihadapi sekarang diubah, yakni pisang digantung diatas sangkar sehingga simpanse tidak dapat meraih pisang tersebut. Disudut sangkar tersebut diletakkan subuah kotak yang kuat untuk dinaiki simpanse. Begitu juga ketika dalam sangkar terdapat dua kotak kuat, dan ketika simpanse tidak bisa mengambil dengan satu kotak, maka simpanse mengambil kotak tersebut untuk ditumpuk kemudian dinaiki dan akhirnya simpanse dapat mengambil pisang tersebut
Dari percobaan tersebut menunjukkan simpanse dapat memecahkan insightnya, dan ia akan mentransfer insight tersebut untuk memecahkan problem lain yang dihadapinya .Gestalt berasumsi, bila seseorang atau suatu organisasi dihadapkan pada suatu problem, tetapi kedudukan kognitif tidak seimbang sampai problem itu dipecahkan. Menurut gestalt problem tersebut merupakan stimulus sampai didapat suatu pemecahannya
Beberapa hukum gestalt dalam pengamatan adalah :
1) Hukum Pragnanz, yang mengatakan bahwa organisasi psikologis selalu cenderung ke arah yang bermakna atau penuh arti (pragnanz)
2) Hukum kesamaan, yang mengatakan bahwa hal-hal yang sama cenderung membentuk gestalt (keseluruhan)
3) Hukum kecenderungan mengatakan bahwa hal hal yang berdekatan cenderung berbentuk gestalt.
4) Hukum ketertutupan, yang mengatakan bahwa hal-hal yang tertutup cenderung membentuk gestalt.
5) Hukum kontinuitas yang mengatakan bahwa hal-hal yang berkesinambungan cenderung membentuk gestalt.
B. Prinsip-Prinsip Belajar dalam Teori Gestalt
Adapun prinsip –prinsip belajar teori gestalt adalah :
1. Belajar berdasarkan keseluruhan.
2. Belajar adalah suatu proses perkembangan.
3. Siswa sebagai organisme keseluruhan.
4. Terjadi transfer.
5. Belajar adalah reorganisasi pengalaman.
6. Belajar dengan insight.
7. Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan, dan tujuan siswa.
8. Belajar berlangsung terus menerus.
C. Eksperimen tokoh Gestalt terhadap Simpanse
Wolfgang Kohler menjelaskan teori gestalt ini melalui percobaan dengan seekor Simpanse yang diberi nama Sulton. Berikut eksperimen yang dilakukan oleh kohler terhadap Simpanse :
Ekesperimen I
Simpanse dimasukkan dalam sangkar atau ruangan dan didalam sangkar tersebut terdapat sebatang tongkat. Diluar sangkar diletakkan sebuah pisang. Problem yang dihadapi oleh simpanse adalah bagaimana simpanse dapat mengambil pisang untuk dimakan.. Tiba-tiba muncul insight dalam diri simpanse dan menyambung dan akhirnya berhasil
Eksperimen II
Problem yang dihadapi sekarang diubah, yakni pisang digantung diatas sangkar sehingga simpanse tidak dapat meraih pisang tersebut. Disudut sangkar tersebut diletakkan subuah kotak yang kuat untuk dinaiki simpanse. Begitu juga ketika dalam sangkar terdapat dua kotak kuat, dan ketika simpanse tidak bisa mengambil dengan satu kotak, maka simpanse mengambil kotak tersebut untuk ditumpuk kemudian dinaiki dan akhirnya simpanse dapat mengambil pisang tersebut
Dari percobaan tersebut menunjukkan simpanse dapat memecahkan insightnya, dan ia akan mentransfer insight tersebut untuk memecahkan problem lain yang dihadapinya .Gestalt berasumsi, bila seseorang atau suatu organisasi dihadapkan pada suatu problem, tetapi kedudukan kognitif tidak seimbang sampai problem itu dipecahkan. Menurut gestalt problem tersebut merupakan stimulus sampai didapat suatu pemecahannya
D. Belajar dalam pandangan teori Gestalt
Belajar pada hakikatnya adalah melakukan perubahan struktur kognitif. Selain pengamatan, kaum gestalt menekankan bahwa belajar pemahaman merupakan bentuk utama aliran ini. Kondisi pemahaman tergantung pada :
a) Kemampuan dasar seseorang
b) Pengalaman masa lampau yang relevan
c) Pengaturan situasi yang dihadapi
d) Pemahaman didahului oleh periode mencari atau coba-coba
e) Adanya pemahaman dalam diri individu menyebabkan pemecahan masalah dapat diulang dengan mudah.
f) Adanya pemahaman dalam diri individu dapat dipakai menghadapi situasi lain atau transfer dalam belajar.
Menurut teori Gestalt
perbuatan belajar itu tidak berlangsung seketika, tetapi berlangsung berproses
kepada hal-hal yang esensial, sehingga aktivitas belajar itu akan menimbulkan
makna yang berarti.
E. Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran
Dalam Proses pembelajaran dikelas harus diterapkan sesuai dengan Konsep teori Gestalt tersebut. Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
1. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku.
2. Pembelajaran yang
bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan
menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran.
3. Perilaku bertujuan
(pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan
4. Prinsip ruang hidup
(life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan
dimana ia berada
5. Transfer dalam
Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran
tertentu ke situasi lain. Teori belajar gestalt secara umum sangat berpengaruh
dalam metode membaca dan menulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar