BAB
I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Matematika
merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas jika dibandingkan dengan
disiplin ilmu yang lain. Karena itu kegiatan belajar dan mengajar matematika
seyogyanya tidak disamakan begitu saja dengan ilmu yang lain, karena peserta
didik yang belajar matematika itupun berbeda-beda pula kemampuannya, maka
kegiatan belajar mengajar haruslah diatur sekaligus memperhatikan kemampuan
yang belajar.
Pelajaran
matematika diberikan di setiap jenjang pendidikan dengan bobot yang kuat,
menunjukkan bahwa matematika adalah salah satu pelajaran yang mempunyai peranan
yang sangat penting. Dalam kondisi tersebut, seharusnya hasil belajar
matematika peserta didik menunjukkan hasil yang cukup baik, akan tetapi hal
tersebut sangat bertolak belakang dengan keadaan yang terjadi di lapangan.
Ada banyak faktor yang mengakibatkan
hasil belajar peserta didik rendah, diantaranya perilaku-perilaku negatif siswa
dalam belajar matematika yang memungkinkan siswa tidak bergairah dalam belajar
matematika. Kegiatan pembelajaran di sekolah biasanya hanya menekankan pada
transformasi informasi faktual, guru cenderung menuliskan definisi atau teorema
beserta buktinya di papan tulis dilanjutkan contoh penerapan teorema tersebut
dalam penyelesaian soal, siswa mencatat apa yang dijelaskan guru dan contoh
penyelesaian soal yang ditulis. Selain itu, guru menuliskan soal-soal di papan
tulis dan siswa diminta mengerjakan, serta guru meminta siswa untuk menuliskan
hasil pekerjaannya di papan tulis.
Perbaikan
hasil pembelajaran matematika perlu dilakukan melalui perbaikan kondisi yang
mendukung peningkatan kecerdasan/kemampuan peserta didik, perubahan sikap siswa
terhadap matematika serta kemampuan dan kemauan guru dalam mengubah paradigma
pendidikan. Tujuan pembelajaran matematika harus dipahami dengan baik oleh guru
sebagai agar proses pembelajaran sesuai dengan apa yang diharapkan. Menurut
Syaban “tujuan yang ingin dicapai pada pembelajaran matematika yaitu (1)
kemampuan pemecahan masalah (problem solving);
(2) kemampuan berargumentasi (reasonning);
(3) Kemampuan berkomunikasi (communication);
(4) Kemampuan membuat koneksi (connection)
dan (5) Kemampuan representasi (representation)”.
1.1
Batasan
Masalah
Dalam pembahasan makalah ini, penulis membatasi ruang lingkup
hanya pada penalaran
matematika, bagaimana cara menumbuhkembangkan kemampuan
komunikasi matematika
siswa dan bagaimana kemampuan
koneksi matematika siswa pada setiap materi.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
batasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini
adalah:
1. Bagaimana
penalaran matematika siswa menyelesaikan soal matematika
di sekolah?
2. Bagaimana
kemampuan komunikasi matematika
siswa
di sekolah?
3. Bagaimana
kemampuan koneksi matematika siswa
di sekolah?
1.3
Tujuan
Penulisan
Penulisan
makalah ini bertujuan untuk:
1. Untuk
mengetahui bagaimana penalaran
matematika siswa di sekolah.
2. Untuk
mengetahui bagaimana cara
menumbuhkembangkan kemampuan komunikasi matematika siswa di sekolah.
3. Untuk
mengetahui bagaimana koneksi matematika
siswa pada setiap materi di sekolah.
1.4
Manfaat
Penulisan
Adapun
yang menjadi manfaat penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan
pengetahuan tentang penalaran
matematika siswa, komunikasi matematika siswa dan koneksi matematika.
3.1.Pengertian Komunikasi Matematika
Secara
umum, komunikasi dapat diartikan sebagai proses menyampaikan pesan dari
seseorang kepada orang lain baik secara langsung (lisan) ataupun tidak langsung
(melalui media). Abduhalk (dalam Anshari, 2009) “ komunikasi sebagai proses
penyampaian pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan melalui saluran
tertentu dan untuk tujuan tertentu”. Ada tiga bentuk komunikasi, yaitu
komunikasi linear atau satu arah, komunikasi relasional atau interaksi, dan
komunikasi konvergen atau multiarah.
Komunikasi
linear terjadi bila hubungan yang terjadi hanya satu arah, atau penerima pesan
hanya mendengar dan menerima pesan dari pemberi pesan. Dalam komunikasi
relasional, terjadi interaksi antara pemberi dan penerima pesan, tetapi sangat
bergantung pada tingkat pemahaman penerima pesan. Dalam komunikasi konvergen,
hubungan yang terjadi diantara penerima pesan menuju suatu focus atau minat
yang dipahami bersama., yang berlangsung secara dinamis dan berkembang kearah
pemahaman kolektif dan berkesinambungan.
Matematika
adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin
disampaikan. Menurut Fathoni matematika dipandang sebagai bahasa karena “dalam
matematika terdapat sekumpulan lambang/simbol dan kata (baik kata dalam bentuk
lambang)”. Misalnya “ >” yang melambangkan kata “lebih besar”, maupun kata
yang diadobsi dari bahasa biasa, misalnya kata “fungsi” yang dalam matematika
menyatakan suatu hubungan dengan aturan tertentu antara unsur-unsur dalam dua
buah himpunan. Simbol-simbol matematika bersifat “artificial” yang baru
memiliki arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu, maka
matematika hanya merupakan kumpulan simbol dan rumus yang kering akan makna.
Berkaitan dengan hal ini, tidak jarang kita jumpai dalam kehidupan, banyak
orang yang berkata bahwa X, Y, Z itu sama sekali tidak memiliki arti.
Greenes dan Schulman (dalam Ansari, 2009)
mengatakan bahwa komunikasi matematik merupakan:
(1)
kekuatan
central bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematik
(2)
Modal
keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi
dan investigasi matematik
(3)
Wadah
bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi,
membagi pikiran dan penemuan, curah
pendapat, menilai dan mempertajam
ide.
Sejumlah
pakar telah mendefinisikan pengertian, prinsip dan standar komunikasi
matematik. NCTM (dalam Ansari, 2009) mengemukakan bahwa matematika sebagai alat
komunikasi merupakan pengembangan bahasa dan symbol untuk mengkomunikasikan ide
matematik, sehingga siswa dapat:
(1)
Mengungkapkan
dan menjelaskan pemikiran mereka tentang ide matematik dan hubungannya,
(2)
Merumuskan
definisi matematik dan membuat generalisasi yang diperoleh melalui investigasi
(penemuan),
(3)
Mengungkapkan
ide matematik secara lisan dan tulisan,
(4)
Membaca
wacana matematika dengan pemahaman,
(5)
Menjelaskan
dan menajukan serta memperluas pertanyaan terhadap matematika yang telah
dipelajarinya,dan
(6)
Menghargai
keindahan dan kekuatan notasi matematika serta peranan
dalam mengembangkan ide/gagasan
matematik.
Sedangkan menurut Sumarmo (2003) komunikasi
matematis meliputi kemampuan siswa:
(1) menghubungkan
benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam idea matematika;
(2) menjelaskan
idea, situasi dan relasi matematik secara lisan atau tulisan dengan benda
nyata, gambar, grafik dan aljabar;
(3) menyatakan
peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika;
(4) mendengarkan,
berdiskusi, dan menulis tentang matematika;
(5) membaca
dengan pemahaman atau presentasi matematika tertulis;
(6) membuat
konjektur, menyusun argument, merumuskan definisi dan generalisasi;
(7) menjelaskan
dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah
dipelajari.
Dari
beberapa definisi di atas dapat kita simpulkan kemampuan komunikasi dalam
matematika adalah kemampuan siswa membaca wacana matematika dengan pemahaman,
mampu mengembangkan bahasa dan simbol matematika sehingga dapat
mengkomunikasikan secara lisan dan tulisan, mampu menggambarkan secara visual
dan merefleksikan gambar atau diagram ke dalam ide matematika, mampu merumuskan
dan mampu memecahkan masalah melalui penemuan.
Secara umum, matematika dalam ruang lingkup komunikasi
mencakup keterampilan/kemampuan menulis, membaca, discussing and assessing,
dan wacana (discourse). Tanpa komunikasi dalam matematika kita akan
memiliki sedikit keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman siswa dalam
melakukan proses dan aplikasi matematika. Shadiq (2004) “Matematika merupakan
alat komunikasi yang sangat kuat, teliti dan tidak membingungkan”. Sebagai
contoh, notasi 40 x 4 dapat digunakan untuk menyatakan berbagai hal, seperti:
-
Jarak
tempuh sepeda motor selama 4 jam dengan kecepatan 40 km/jam.
-
Luas
permukaan kolam dengan ukuran panjang 40 meter dan lebar 4 meter
-
Banyak
roda pada 40 mobil
Contoh di atas telah menunjukkan bahwa notasi
40 x 4 dapat menyatakan suatu hal yang berbeda.
3.2.
Peran Komunikasi matematika
Matematika umumnya identik dengan
perhitungan angka-angka dan rumus-rumus, sehingga muncullah anggapan bahwa
skill komunikasi tidak dapat dibangun pada pembelajaran matematika. Anggapan
ini tentu saja tidak tepat, karena menurut Greenes dan Schulman, komunikasi
matematika memiliki peran:
(1) kekuatan
sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematika;
(2) modal
keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi
dan investigasi matematika;
(3) wadah
bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi,
membagi pikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai dan mempertajam ide untuk
meyakinkan yang lain.
Kemampuan
berkomunikasi menjadi salah satu syarat yang memegang peranan penting karena
membantu dalam proses penyusunan pikiran, menghubungkan gagasan dengan gagasan
lain sehingga dapat mengisi hal-hal yang kurang dalam seluruh jaringan gagasan
siswa. Sejalan dengan itu, Lindquist (dalam Fitrie, 2002: 16) menyatakan bahwa
kita memerlukan komunikasi dalam matematika jika hendak meraih secara penuh
tujuan sosial, seperti melek matematika, belajar seumur hidup, dan matematika
untuk semua orang.
Bahkan
membangun komunikasi matematika menurut National Center Teaching Mathematics
(NCTM) memberikan manfaat pada siswa berupa:
1.
Memodelkan situasi dengan lisan,
tertulis, gambar, grafik, dan secara aljabar.
2.
Merefleksi dan mengklarifikasi dalam
berpikir mengenai gagasan-gagasan matematika dalam berbagai situasi.
3.
Mengembangkan pemahaman terhadap
gagasan-gagasan matematika termasuk peranan definisi-definisi dalam matematika.
4.
Menggunakan keterampilan membaca,
mendengar, dan menulis untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi gagasan
matematika.
5.
Mengkaji gagasan matematika melalui
konjektur dan alasan yang meyakinkan.
6.
Memahami nilai dari notasi dan peran
matematika dalam pengembangan gagasan matematika.
Within (1992) menyatakan kemampuan komunikasi menjadi
penting ketika diskusi antar siswa dilakukan, dimana siswa diharapkan
mampu menyatakan, menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan dan
bekerjasama sehingga dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang
matematika. Anak-anak yang diberikan kesempatan untuk bekerja dalam kelompok
dalam mengumpulkan dan menyajikan data, mereka menunjukkan kemajuan baik di saat
mereka saling mendengarkan ide yang satu dan yang lain, mendiskusikannya
bersama kemudian menyusun kesimpulan yang menjadi pendapat kelompoknya.
Ternyata mereka belajar sebagian besar dari berkomunikasi dan mengkontruksi
sendiri pengetahuan mereka.
3.3.
Indikator Komunikasi Matematika
Ada
beberapa indicator yang menunjukkan adanya komunikasi yang diungkapkan oleh TIM
PPPG Matematika ( Romadhina : 2007) antaralain:
1. Menyajikan
pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar dan diagram
2. Mengajukan
dugaan (conjegtures)
3. Melakukan
manipulasi matematika
4. Menarik
kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap beberapa
solusi
5. Menarik
kesimpulan dari pernyataan
6. Memeriksa
kesahihan suatu argument
7. Menemukan
pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.
Pada makalah ini, indikator dari komunikasi
matematika adalah :
1.
Membaca
wacana matematika dengan pemahaman berarti mengetahui apa yang diketahui dan
ditanya dari soal yang diberikan.
2.
Mengembangkan
bahasa dan simbol matematika berarti mampu mengekspresikan melalui lisan,
tulisan, dan menggambarkan secara visual serta merefleksikan gambar, diagram ke
dalam ide matematika.
3.
Merumuskan dan
memecahkan masalah berarti mampu menggunakan istilah, notasi, dan struktur
matematika untuk menyajikan ide-ide sehingga mampu membuat polanya dengan model
matematika.
3.4. Kemampuan
Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika
Guru mempunyai peran penting dalam merancang
pengalaman belajar di kelas sedemikian
sehingga siswa mempunyai kesempatan bervariasi untuk berkomunikasi secara matematis. Tugas menulis merupakan salah
satu cara untuk membentuk kecakapan
komunikasi matematik. Tugas menulis diartikan sebagai tugas bagi siswa untuk mengorganisasi, merangkum, dan
mengkomunikasikan pemikiran mereka secara tertulis. Menulis dapat meningkatkan
daya ingat mengenai konsep dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
merefleksi pemikiran mereka. Tugas menulis
dapat juga mencakup pengungkapan apa yang sudah diketahui/dipahami dan yang belum dipahami siswa. Selain itu, tugas
menulis dapat pula berupa penyelesaian masalah. Penyelesaian masalah
melibatkan beberapa kemampuan strategis seperti mengkoordinasikan berbagai informasi atau ide-ide matematika dan menggunakannya untuk menyelesaikan masalah.
Aktivitas
guru yang dapat menumbuhkembangkan kemampuan komunikasi matematika siswa antara
lain:
1.
Mendengarkan dan melihat dengan penuh
perhatian ide-ide siswa
2.
Menyelidiki pertanyaan dan tugas-tugas
yang diberikan, menarik hati, dan menantang siswa untuk berpikir
3.
Meminta siswa untuk merespon dan menilai
ide mereka secara lisan dan tertulis
4.
Menilai kedalaman pemahaman atau ide
yang dikemukakan siswa dalam diskusi
5.
Memutuskan kapan dan bagaimana untuk
menyajikan notasi matematika dalam bahasa matematika pada siswa
6. Memonitor
partisipasi siswa dalam diskusi, memutuskan kapan dan bagaimana untuk
memotivasi masing-masing siswa untuk berpartisipasi (lihat pada langkah ke tiga
dan empat: bina ingatan dan beri bintang).
Menurut Baroody (Putri, 2006) terdapat lima aspek
yang termasuk kedalam kemampuan komunikasi, kelima aspek yang dimaksud adalah :
1. Representasi,
yang diartikan sebagai bentuk (baru) dari hasil translasi suatu diagram dari
model fisik kedalam symbol atau kata-kata. Representasi dapat membantu siswa
menjelasklan konsep atau ide, dan memudahkan anak mendapatkan strategi
pemecahan masalah. Selain itu, penggunaan representasi dapat meningkatkan
fleksibilitas dalam menjawab soal-soal matematika.
2. Mendengar
(listening), dalam proses
pembelajaran yang melibatkan diskusi aspek mendengar merupakan salah satu aspek
yang sangat penting. Dalam proses ini, kemampuan siswa dalam memberikan
pendapat atau komentar sangat terkait dengan kemampuan dalam mendengarkan
topic-topik utama atau konsep-konsep esensial yang didiskusikan. Pentingnya
mendengar secara kritis dapat mendorong siswa berfikir tentang jawaban
pertanyaan sambil mendengar.
3. Membaca
(reading), dalam membaca matematika
Bell berpendapat bahwa yang menjadi penyebab kesulitan siswa dalam belajar
matematika adalah lemahnya kemampuan secara umum, dan ketidakmampuan membaca
secara khusus. Sebab matematika merupakan ilmu yang bahasanya syarat akan
istilah dan symbol.
4. Diskusi(
Discussing), kegiatan diskusi
merupakan sarana bagiseseorang untuk dapat m,engungkapkan dan merefleksikan
fikiran-fikirannya. Barodi menguraikan beberapa kelebihan diskusi kelas yaitu
antara lain : dapat mempercepat pemahaman materi pembelajaran dan kemahiran
menggunakan strategi, membantu siswa mengkonstruk pemahaman matematika,
mengimpormasikan bahwa para ahli matematika biasanya tidak memecahkan masalah
sehari-hari, tetapi membangun ide bersama pakar lainnya dalam satu tim dan
membantu siswa menganalisis dan memecahkan masalah secara bijaksana.
5. Menulis
(Writing), merupakan sebuah kegiatan
yang dilakukan dengan sadar untuk mengungkapkan dan merefleksikan fikiran.
Manzo mengatakan menulis dapat meningkatkan taraf berfikir siswa kearah yang
lebih tinggi ( higher-order-thinking).
Cara lain yang
dipandang tepat untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematik siswa adalah
berdikusi kelompok (LACOE, 2004). Diskusi kelompok memungkinkan siswa berlatih untuk mengekspresikan pemahaman, memverbalkan
proses berpikir, dan mengklarifikasi pemahaman atau ketidakpahaman mereka. Dalam membentuk diskusi kelompok perlu
diperhatikan beberapa hal, misalnya jenis tugas seperti apa yang memungkinkan siswa dapat mengeksplorasi kemampuan matematiknya
dengan baik. Selain itu perlu dirancang pula peran guru dalam diskusi kelompok
tersebut.
Dalam
proses diskusi kelompok, akan terjadi pertukaran ide dan pemikiran antarsiswa.
Hal ini akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pemahaman matematiknya. Percakapan antarsiswa dan
guru juga akan mendorong atau
memperkuat pemahaman yang mendalam akan konsep-konsep matematika. Ketika siswa berpikir, merespon, berdiskusi,
mengelaborasi, menulis, membaca, mendengarkan,
dan menemukan konsep-konsep matematika, mereka mempunyai berbagai keuntungan,
yaitu berkomunikasi untuk belajar matematika dan belajar untuk
berkomunikasi secara matematik (NCTM, 2000). Hal demikian dapat diartikan bahwa proses komunikasi yang baik memungkinkan
siswa untuk membangun pengetahuan matematikanya.
Proses
komunikasi akan terjadi apabila terjadi interaksi dalam pembelajaran. Guru
perlu merancang pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi positif sehingga memungkinkan siswa dapat berkomunikasi
dengan baik. Guru dapat memberikan beberapa pertanyaan-pertanyaan pemicu
bagi tumbuhnya kemauan dan kemampuan
berkomunikasi siswa. Terdapat beberapa teknik bertanya yang dapat digunakan
membantu siswa mengembangkan kemampuan komunikasi matematik (LACOE, 2004). Berikut contoh-contoh pertanyaan
yang dapat diajukan kepada siswa.
1. Membantu siswa bekerja sama agar memiliki sense matematika,
yaitu dengan mengajukan pertanyaan sebagai
berikut.
a.
Apakah yang
orang lain pikirkan tentang yang kamu katakan?
b.
Apakah kamu
setuju? Tidak setuju?
c.
Apakah setiap orang mempunyai
jawaban yang sama tetapi mempunyai cara berbeda
untuk menjelaskannya?
d.
Apakah kamu
memahami apa yang mereka katakan?
2.
Membantu siswa menyadari benar tidaknya suatu ide matematika, yaitu dengan mengajukan seperti berikut.
a.
Mengapa kamu
berpikir seperti itu?
b.
Mengapa hal itu benar?
c.
Bagaimana kamu
menyimpulkan hal itu?
d.
Dapatkah kamu
membuat sebuah model untuk menunjukkan hal itu?
3. Membantu siswa mengembangkan penalaran, yaitu dengan
mengajukan pertanyaan sebagai berikut.
a.
Apakah hal itu
selalu berlaku untuk kondisi lain?
b.
Apakah hal itu
benar untuk semua kasus?
c.
Bagaimana kamu
membuktikan hal itu?
d.
Asumsi-asumsi
apakah yang digunakan?
4. Membantu siswa membuat dugaan, penemuan, dan
penyelesaian masalah, yaitu dengan
mengajukan pertanyaan sebagai berikut.
a.
Apa yang
terjadi jika ...? Bagaimana jika tidak?
b.
Dapatkah kamu
melihat polanya?
c.
Dapatkah kamu
mempredisksi pola berikutnya?
d.
Apakah
persamaan dan perbedaan metode penyelesaianmu dengan temanmu?
5. Membantu siswa menghubungkan ide-de matematika dan
aplikasinya, yaitu dengan mengajukan
pertanyaan sebagai berikut.
a.
Apakah
hubungannya dengan konsep lain?
b.
Ide-ide matematika apakah yang
harus dipelajari sebelum digunakan untuk menyelesaikan masalah?
c.
Apakah kamu
pernah menyelesaikan masalah seperti ini sebelumnya?
d.
Dapatkah kamu memberikan sebuah
contoh tentang ....
Menurut
Goetz (2004), mengembangkan kemampuan komunikasi matematik tidak
berbeda jauh dengan mengembangkan kemampuan komunikasi pada umumnya. Berikut
pendapat yang dikemukakannya terkait pengembangan komunikasi matematik siswa khususnya kemampuan komunikasi
tertulis.
1. Menggunakan
teknik brainstorming (curah pendapat) untuk mengawali proses pembelajaran. Curah pendapat dapat mencakup
pengungkapan sejumlah konsep yang
mungkin dip erlukan untuk mengkomunikasikan ide-ide matematika. Daftar kata
atau konsep tersebut dapat ditempatkan di dinding yang memungkinkan siswa dapat
mengaksesnya dengan mudah.
2. Ketika siswa menulis dalam seni bahasa, mereka hendaknya
berpikir tentang kepada siapa
makalah itu ditujukan. Hal ini juga hendaknya terjadi dalam membuat makalah dalam matematika. Apabila tugas menulis digunakan
untuk mengevaluasi hasil belajar siswa, mereka hendaknya
mengetahui bahwa pembaca makalah mereka adalah
guru atau sekelompok penilai yang belum mereka ketahui. Dengan demikian, siswa
harus menuliskan dengan jelas berbagai informasi yang relevan sehingga
mudah dipahami.
3. Memberikan kesempatan kepada siswa terlebih dahulu untuk
mengungkapkan ide-ide secara verbal
sebelum menuliskannya. Hal yang demikian akan meningkatkan kedalaman dan kejelasan makalah mereka.
4. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menggambarkan
ide-ide kuncinya. Selanjutnya meminta siswa untuk
mendeskripsikan ide-ide mereka dalam bentuk gambar.
Hal ini merupakan strategi penting dalam membantu siswa memulai menulis
dalam kelas matematika. Dorong siswa untuk menggambar solusi masalah mereka. Kemudian minta siswa untuk menambah
beberapa kata yang memungkinkan
dapat mendeskripsikan gambar siswa. Hal ini dilakukan berulang hingga siswa merasa berhasil dan yakin untuk dapat
menuliskan ide-ide mereka secara tertulis secara langsung.
5.Mendorong
dan memberi kesempatan kepada siswa untuk merevisi dan membetulkan
makalah mereka.
6.Melakukan refleksi.
Refleksi merupakan kunci pemahaman. Tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan refleksi, misalnya memikirkan apa
yang sudah dan belum dipahami, pembelajaran matematika hanya merupakan sederet
aktivitas yang rutin dan mekanistik.
3.5. Alat Pengumpulan Data
1.
Tes
Komunikasi Matematika
Tes komunikasi
matematika ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran yang diberikan (2) ketuntasan belajar individual siswa, dan (3)
persentase ketuntasan belajar klasikal. Selain itu tes komunikasi matematika
juga bertujuan untuk mengukur kemampuan komunikasi matematika siswa sebelum dan
sesuah proses pembelajaran matematika dilakukan dengan menggunakan metode
pembelajaran.
2.
Observasi
(pengamatan)
Observasi dilakukan
selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar pengamatan
tertutup. Kegiatan observasi dilakukan untuk mengamati seberapa jauh efek
tindakan telah mencapai sasaran (kusnandar, 2008:143).
Observasi terhadap
aktivitas guru meliputi: (1) menyampaikan tujuan pembelajaran (2) memotivasi
siswa (3) membangkitkan pengetahuan awal siswa (4) meminta siswa memahami
lembar aktivitas siswa (5) meminta masing-masing siswa mengerjakan lembar
aktivitas siswa (6) membentuk kelompok belajar (7) menjelaskan kerja dan
tangngungjawab kelompok (8) membimbing kelompok (9) meminta kelompok menyiapkan
laporan hasil kerja (10) meminta kelompok melaporkan hasil kerjanya (11)
membantu kelancaran diskusi (12) merespon kegiatan diskusi (13) melakukan
evaluasi secara individual (14) memberi penghargaan.
Pengamatan terhadap
aktivitas siswa dilihat dari 3 aspek yaitu: (1) dari proses perencanaan
pembelajaran (2) dari proses pembelajaran dan (3) kegiatan evaluasi
pembelajaran.
3.
Angket
Persepsi Siswa
Angket persepsi
siswa digunakan untuk mengukur kesan, penilaian dan pendapat siswa terhadap
proses pembelajaran. Persepsi siswa pada proses pembelajaran dilihat dari diri
siswa berupa: memotivasi dan kebutuhan, minat, harapan serta pengalaman masa
lalu. Dari luar diri siswa berupa: cara guru mengajar, penggunaan lembar
aktivitas siswa (LAS), pendekatan pembelajaran dan suasana belajar.
4.
Wawancara
Wawancara sebagai
salah satu instrumen/alat pengumpulan data yang bertujuan untuk memperoleh
informasi sebagai data tambahan atau pelengkap hasil observasi yang biasanya
berkaitan dengan sikap, pendapat atau wawasan (kunandar 2008:157). Wawancara
dilakukan untuk melengkapi data tentang pemahaman siswa pada materi
pelajaranyang disampaikan dan persepsi siswa pada proses pembelajaran.
5.
Dokumen
Dokumen pengumpulan
data digunakan untuk mendapatkan tambahan serta informasi lainnya yang
mendukung, baik dalam bentuk tulisan maupun visual. Dokumen seperti foto juga
digunakan untuk memperlihatkan suasana latar selama kegiatan penelitian
berlangsung.
Pemberian Skor Komunikasi
Matematika
Nilai
|
Kategori
Kualitatif
|
Kategori
Kuantitatif
|
Representatif
|
4
|
Jawaban
lengkap dan benar, serta lancar dalam memberikan bermacam-macam jawaban benar
yang berbeda.
|
Penjelasan
secara matematika masuk akal dan benar, meskipun kekurangan dari segi bahasa.
|
Kosa
kata atau bahasa sehari-hari.
|
Melukiskan
diagram, gambar, atau tabel secara lengkap dan benar
|
Menggambar.
|
||
Membentuk model matematik, kemudian melakukan
perhitungan secara lengkap dan benar.
|
Model
matematika atau persamaan.
|
||
3
|
Jawaban
hampir lengkap dan benar, serta lancer dalam memberikan bermacam-macam
jawaban benar yang berbeda.
|
Penjelasan
secara matematika masuk akal dan benar namun ada sedikit kesalahan.
|
Kosa
kata.
|
Melukiskan
diagram, gambar, atau tabel secara lengkap namun ada sedikit kesalahan.
|
Menggambar.
|
||
Menggunakan
model matematika dan melakukan perhitungan, namun ada sedikit kesalahan.
|
Model matematika.
|
||
2
|
Jawaban
sebagian lengkap dan benar.
|
Penjelasan
secara matematika masuk akal dan benar, namun hanya sebagian lengkap dan
benar.
|
Kosa
kata.
|
Melukiskan
diagram, gambar, atau tabel namun kurang lengkap dan benar.
|
Menggambar.
|
||
Menggunakan model matematika, dan melakukan
perhitungan, namun hanya sebagian yang benar dan lengkap.
|
Model matematika.
|
||
1
|
Jawaban
samar-samar dan prosedural.
|
Menunjukkan
pemahaman yang terbatas baik isi, tulisan, diagram, gambar, atau tabel maupun
penggunaan model matematika dan perhitungan.
|
Kosa
kata
Menggambar
Persamaan.
|
0
|
Jawaban
salah dan tidak cukup detil.
|
Jawaban
diberikan menunjukkan tidak memahami konsep, sehingga informasi yang
diberikan tidak cukup detil.
|
Kosa
kata
Menggambar
Persamaan.
|
DAFTAR
PUSTAKA
Ansari,
I.B. 2009. Komunikasi Matematik Konsep
dan Aplikasi. Yayasan Pena Banda Aceh.
Herdian. Kemampuan Komunikasi
Matematika, (online), (http://herdy07_wordpress.com ) diakses 22 oktober 2011
Goetz,
Jane. 2004 Top Ten Thoughts about Communication in Mathematics. http://www.kent.k12.wa.us/KSD/15/Communication_in_math.htm. (diakses 20 Oktober 2011)
Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penalitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi
Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
NCTM.
2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston: NCTM Peraturan Menteri Nomor 23 Tahun 2006 Tentang
Standar Kompetensi Lulusan.
Ramadhina, D. 2007. Pengaruh kemampuan bernalar dan
kemampuan Komunikasi Matematika Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Melalui Model Pembelajaran Pemecahan Masalah. http://digilib.umnes.ac.id (diakses
20 Oktober 2011)
Syaban, Mumun. Menumbuhkembangkan daya Matematis Siswa. Pendidikan dan Budaya, (online), (http://educare,e-fkipunla.net, diakses ( 20 Oktober 2011).
Shadiq, fajar. 2004. Pemecahan
Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Makalah disampaikan Pada Diklat
Instruktur/Pengembang Matematika SMA Jenjang Dasar di PPPG Matematika. Yogyakarta.
Sahidin,
Latif. Membangun komunikasi matematika
siswa. (online) Blog Latif
Sahidin, diakses 20 Oktober 2011
Takahashi, Akihito. 2006. Communication as
A Process to for Students to Learn Mathematical. http://www.criced.tsukuba.ac.jp/math/apec/apec2008/ papers/PDF/14.Akihiko_Takahashi_USA.pdf. (diakses 20 Oktober 2011)
mba tanti, tabel Pemberian Skor Komunikasi Matematika itu siapa yang buat? sy mw cari sumbernya untuk tugas akhir
BalasHapusmohon dibantu y
mbak tanti, kira- kira buku Ansari, I.B. 2009. Komunikasi Matematik Konsep dan Aplikasi. Yayasan Pena Banda Aceh.. itu mbak beli dimana ya? , bisa tolong kasih infonya gak mbk? saya lagi butuh buku itu.. makasihh..
BalasHapuskmren saya pinjem pnya teman mbak bukunya,,klo ga slaah ada dijual ditoko buku dimedan ..
BalasHapusthanks mba.... sangat membantu tesis saya
BalasHapus