2.1. Pengertian Pendekatan
Pembelajaran Berbasis Masalah
Pendekatan pembelajaran berdasarkan
masalah adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah
awal untuk mendapatkan pengetahuan baru. Seperti yang diungkapkan oleh Suyatno
(2009 : 58) bahwa :
” Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah
adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran dimulai berdasarkan
masalah dalam kehidupan nyata siswa dirangsang untuk mempelajari masalah
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman telah mereka miliki sebelumnya (prior knowledge) untuk membentuk
pengetahuan dan pengalaman baru”.
Jadi pembelajaran ini
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintregasikan pengetahuan baru. Hal serupa juga dikemukakan oleh Nurhadi
(2004 :109) :” Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah adalah suatu
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi
siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan
masah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi
pelajaran”. Dalam hal ini pengajaran berbasis masalah digunakan untuk
merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah.
Sedangkan menurut Arends (dalam
Trianto 2007 : 68) menyatakan bahwa:
” Pendekatan
pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan
permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan
berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri ”.
Dari
pendapat-pendapat para ahli diambil kesimpulan pendekatan pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai titik tolak (starting
point) pembelajaran. Masalah-masalah yang dapat dijadikan sebagai sarana
belajar adalah masalah yang memenuhi konteks dunia nyata (real world),
yang akrab dengan kehidupan sehari-hari para siswa. Melalui masalah-masalah
kontekstual ini para siswa menemukan kembali pengetahuan konsep-konsep dan
ide-ide yang esensial dari materi pelajaran dan membangunnya ke dalam stuktur
kognitif.
Pendekatan pembelajaran
berdasarkan masalah juga mengacu pada pendekatan pembelajaran yang lain seperti
yang diungkapkan oleh diungkapkan oleh Trianto (2007 : 68) :” Pendekatan
pembelajaran berdasarkan masalah)
mengacu pada Pembelajaran Proyek (Project
Based Learning), Pendidikan Berdasarkan Pengalaman (Experience Based Education),
Belajar Autentik (Autentic
Learning), Pembelajaran Bermakna (Anchored
Instruction)”.
2.2. Ciri-Ciri Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Menurut Nurhadi
(2003, 56) pembelajaran berbasis masalah bercirikan sebagai berikut:
a. Pengajuan Masalah atau Pertanyaan.
Pembelajaran
berbasis masalah mengorganisasikan pembelajaran di sekitar pertanyaan dan
masalah sosial yang penting bagi siswa dan masyarakat. Pertanyaan atau masalah
itu bersifat autentik (nyata) bagi siswa dan tidak mempunyai jawaban sederhana.
Pertanyaan atau masalah itu menurut Arends (dalam Trianto, 2009) harus memenuhi
kriteria sebagai berikut:
·
Autentik, yaitu masalah harus berkaitan dengan
pengalaman dunia nyata siswa daripada prinsip-prinsip disiplin akademik
tertentu.
·
Bermakna, yaitu masalah yang diberikan hendaknya
bermakna bagi siswa dan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa.
·
Luas, yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan
hendaknya bersifat luas, sehingga memungkinkan mencapai tujuan pembelajaran,
artinya masalah tersebut sesuai dengan waktu, ruang, dan sumber yang tersedia.
Selain itu masalah yang dirancang berdasarkan pada tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
·
Bermanfaat, yaitu masalah yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir dan memungkinkan siswa merasakan kebergunaan
matematika, serta membangkitkan motivasi belajar siswa.
b. Berfokus Pada Keterkaitan Antar Disiplin
Ilmu
Masalah
yang diajukan dalam pembelajaran berbasis masalah mungkin berpusat pada mata
pelajaran tertentu. Masalah yang diajukan hendaknya benar-benar autentik agar
dalam pemecahannya siswa meninjau masalah tersebut dari banyak segi atau
mengkaitkannya dengan disiplin ilmu yang lain.
c. Penyelidikan yang Autentik
Pembelajaran
berbasis masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk
mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Siswa harus menganalisis dan
mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan,
mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika perlu),
membuat referensi, dan merumuskan kesimpulan.
d. Menghasilkan Produk/Karya dan Memamerkannya
Pembelajaran
berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam
bentuk karya dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian
masalah yang ditemukan. Produk itu dapat berupa laporan, model fisik, video, maupun
program komputer. Hasil karya tersebut ditampilkan siswa di depan
teman-temannya.
e. Kolaborasi
Pembelajaran
berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan lainnya
dalam kelompok kecil. Adapun keuntungan bekerja sama dalam kelompok kecil di
antaranya siswa dapat saling memberikan motivasi untuk terlibat dalam
tugas-tugas kompleks dan memperbanyak
peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan
sosial dan keterampilan berpikir.
2.3
Sintaks Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Menurut
Nurhadi (2004, 111) pembelajaran berbasis masalah terdiri dari lima tahap utama
yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa degan suatu situasi masalah dan
diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Jika jangkauan
masalahnya tidak terlalu kompleks, maka kelima tahapan tersebut mungkin dapat
diselesaikan dalam waktu dua sampai tiga kali pertemuan. Namun untuk
masalah-masalah yang kompleks mungkin akan membutuhkan setahun penuh untuk
menyelesaikannya. Kelima tahapan tersebut disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Sintaks Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah
Fase Ke-
|
Indikator
|
Aktifitas / Kegiatan Guru
|
1
|
Orientasi siswa kepada masalah
|
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yang diperlukan, pengajuan masalah,
memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
|
2
|
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
|
Guru membantu siswa mendefenisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
|
3
|
Membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok
|
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapat penjelasan
pemecahan masalah.
|
4
|
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
|
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu
mereka untuk berbagai tugas dengan kelompoknya.
|
5
|
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah
|
Guru membantu siswa melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka dalam proses-proses yang mereka
gunakan.
|
2.3 Tujuan Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Pembelajaran Pendekatan pembelajaran berdasarkan
masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi
sebanyak-banyaknya kepada siswa. Menurut Arends (2008:70) bahwa :
“Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah bertujuan untuk membantu
siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah, belajar peranan orang dewasa secara
autentik, memungkinkan siswa
untuk mendapatkan rasa percaya diri atas kemampuan yang dimilikinya sendiri, untuk berfikir
dan menjadi pelajar yang mandiri”.
Jadi dalam pembelajaran berdasarkan masalah tugas guru adalah merumuskan
tugas-tugas kepada siswa bukan untuk menyajikan tugas-tugas pelajaran.
2.5.Lingkungan Belajar dan Sistem Manajemen Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan
Masalah
Lingkungan
belajar Pendekatan pembelajaran
berdasarkan masalah lebih
menekankan pada peranan sentral siswa bukan guru. Dalam hal ini guru memberikan kebebasan bagi siswa
untuk mengemukakan pendapatnya dan terlibat aktif dalam pembelajaran. Seperti
yang diungkapkan oleh Arends (2008:70) bahwa: ”Lingkungan belajar Pendekatan
pembelajaran berdasarkan masalah ditandai oleh keterbukaan, keterlibatan
aktif siswa dan atmosfer kebebasan berintelektual”. Dalam kenyataan,
keseluruhan proses membantu siswa untuk menjadi mandiri, siswa yang otonom yang
percaya pada keterampilan intelektual mereka sendiri memerlukan keterlibatan.
Salah satu masalah yang cukup
rumit bagi guru dalam mengelola pembelajaran berdasarkan masalah adalah
bagaimana menangani siswa baik individual maupun kelompok, yang dapat
menyelesaikan tugas lebih awal maupun yang terlambat. Dalam hal ini Trianto
(2007 :75) mengatakan bahwa : ” Pendekatan pembelajaran berdasarkan
masalah ini siswa dimungkinkan untuk
mengerjakan tugas multi (rangkap), dan waktu penyelesaian tugas-tugas tersebut
berbeda-beda”. Hal tersebut mengakibatkan diperlukannya pengelolaaan dan
pemantauan kerja siswa yang rumit.
2.6. Penilaian dan Evaluasi Pendekatan
Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Hal yang sangat penting diperhatikan oleh guru
dalam melakukan penilaian terhadap pembelajaran yang telah dilakukannya di
dalam kelas yaitu menyesuaikan prosedur-prosedur penilaian dengan tujuan
pengajaran yang ingin dicapai oleh guru.
Seperti halnya dalam model
pembelajaran kooperatif, dalam model pembelajaran berdasarkan masalah fokus
perhatian pembelajaran tidak hanya pada perolehan pengetahuan, oleh karena itu
tugas penilaian tidak cukup bila penilaiannya hanya dengan tes tertulis. Menurut Trianto (2007 : 76) bahwa: ”Teknik penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan Pendekatan
pembelajaran berdasarkan masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh
siswa yang merupakan hasil penyelidikan mereka ”.
2.7. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah
dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.
1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif dan mandiri.
2. Meningkatkan motivasi dan kemampuan memecahkan masalah
3. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
4. Dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah akan terjadi pembelajaran bermakna.
5. Dalam situasi pendekatan pembelajaran berbasis masalah siswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
6. Pendekatan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif dan mandiri.
2. Meningkatkan motivasi dan kemampuan memecahkan masalah
3. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
4. Dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah akan terjadi pembelajaran bermakna.
5. Dalam situasi pendekatan pembelajaran berbasis masalah siswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
6. Pendekatan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.
1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini.
2. Kurangnya waktu pembelajaran.
3. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar.
4. Seorang guru sulit menjadi fasilitator yang baik.
2.8.Penerapan Pendekatan Pembelajaran
Berbasis Masalah dalam Pembelajaran Matematika
Adapun contoh penerapan
pendekatan pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran matematika dalam
hal ini materinya bilangan bulat adalah
sebagai berikut :
1. Orientasi siswa pada masalah
- Guru mengajukan masalah dan meminta siswa untuk
mempelajari masala berikut :
Sebuah kantor yang berlantai 23. Seorang Karyawan mula-mula berada di
lantai 2 kantor itu. Karena ada suatu keperluan ia turun
4 lantai, kemudian naik 6 lantai. Di lantai berapakah karyawan itu
sekarang berada?
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
- Membagi siswa ke dalam kelompok dimana satu kelompok
terdiri dari 5 orang siswa yang
memiliki kemampuan heterogen.
- Meminta siswa mengemukakan ide kelompoknya sendiri tentang menyelesaikan
masalah tersebut.
Misalnya kelompok A menggambarkan sebuah gedung berlantai 23 dengan 3 lantai
berada dibawah tanah dan menggambar seorang karyawan yang berada pada
lantai 2.
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
-
Membimbing siswa menemukan penjelasan
dan pemecahan masalah yang diberikan oleh
guru.
Misalnya guru memberikan informasi kepada siswa bahwa naik
satu lantai dinyatakan dengan (+ 1)
dan turun satu lantai
dinyatakan dengan (-1).
Dengan bimbingan guru, siswa menentukan letak karyawan itu di gedung dengan
cara : Karyawan mula-mula berada di
lantai 2 kantor itu dinyatakan dengan (+2), kemudian turun
4 lantai dinyatakan (-4), kemudian naik 6 lantai dinyatakan dengan (+6).
Secara matematis diulis : (2) + (-4) + 6 = 4
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
-
Mendorong siswa untuk menyajikan hasil pemecahan masalah tersebut dengan cara menunjuk
satu kelompok secara acak untuk menuliskan hasil diskusi kelompok di papan
tulis dan kelompok lain menanggapi hasil penyajian kelompok yang maju.
5. Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
-
Membantu siswa mengkaji ulang proses atau hasil pemecahan masalah yang telah dipersentasikan di depan kelas.
Kemudian bersama dengan siswa menarik kesimpulan letak
karyawan itu berada pada lantai 4 gedung.
Dengan penerapan pada pembelajaran matematika
model pembelajaran problem based instruction
diharapkan peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan mereka secara
mandiri. Sehingga pengetahuan yang dimiliki oleh siswa lebih bermakna. Dengan
demikian dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan matematis siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar